Inilah Puncak Dari Segala Puncak Teori

Apakah anda tahu, apa yang menjadi puncak dari segala puncak teori? Ya benar sekali, dialah amal. Amal – atau kita dapat mengambil beberapa kata lain yang similar dan lebih populer, seperti implementasi atau praktek – adalah puncak dari segala puncak teori. Tidak ada teori, jika tidak diimplementasikan di dalam berkehidupan sehari-hari; pun – sangat – tidak afdol, jika implementasi tidak didasari atas ilmu (teori) yang benar. Makna dari term harmonis ‘teori dan implementasi’ menunjukkan syarat makna filosofis. Bahwa, ketika teori diletakkan pada bagian pertama sebelum implementasi, ini berarti bahwa teorilah yang menjadi pijakan di dalam melakukan implementasi, bukan implementasi yang terteorikan. Selanjutnya, kata ‘dan’ mengandung makna logis atas hubungan dua bagian. Sebuah statemen yang dihubungkan dengan kata ‘dan’ akan menjadi sebuah statemen benar, jika kedua bagian – yang dihubungkan – tersebut terpenuhi unsur kebenarannya; jika salah satu bagian itu tidak terpenuhi unsur kebenarannya, statemen itu akan menjadi salah pada akhirnya. Jadi, dua bagian – teori dan implementasi – merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya; apalagi sampai ada jurang pemisah di antara keduanya.

Orang atau sekelompok orang yang hanya bisa berteori, seperti orang yang sedang membual, seperti orang yang sedang ber-retorika di atas mimbar; sedangkan orang-orang yang mendengarkannya tidak ada yang paham dengan apa yang sedang ‘si pelantun teori’ tersebut sampaikan; karena semua seperti di atas awan, dan tidak pernah terjangkau. Begitu pula dengan orang atau sekelompok orang yang sedang berimplementasi namun luput dari landasan ilmu benar (teori yang benar), seperti menjadi pekerja keras, namun tanpa koridor dan rel seharusnya, rel yang akan menyampaikannya ke stasiun pemberhentian terakhir; mereka akan – menjadi – tersesat dan salah tujuan. Sehingga – tanpa disadari – akan terjadi lingkaran setan pada usaha implementasinya.

Pada beberapa tulisan di edisi sebelumnya di kompasiana ini, saya sampaikan betapa pentingnya implementasi yang diperlihatkan melalui contoh nyata – yang terimplementasikan – secara sistemik, terstruktur dan terkendali dengan sangat baik. ‘Contoh nyata’ jenis inilah merupakan bukti usaha manusia di dalam mengimplementasikan teori yang berdasarkan kaidah ilmu yang benar. Bukan implementasi yang asal hajar. ‘Contoh yang tersistemkan’ ini pun memiliki efek ganda yang sangat besar. Bagi orang yang meraba-raba, bagaimana sebuah teori itu diimplementasikan dengan benar; ‘contoh’ menjadi seperti rangkaian scene pada film yang sangat tertata apik dan penuh dengan makna, sehingga orang tersebut dengan sangat mudah dan tanpa ragu dapat mencontohnya kembali, walau mungkin pemahamannya akan sebuah teori yang dimaksud tidaklah terlalu mumpuni.

Begitu pula dengan artikel saya yang lalu mengenai ‘iblis pun tertawa’; disini saya hanya ingin memperlihatkan, bahwa ada peran negara untuk mengimplemantasikan teori-teori kebenaran. Karena, negara memiliki wewenang yang sah untuk masuk sampai ke level individu, dan memaksa setiap individu untuk melakukan implementasi yang sesuai dengan teori yang dimaksudkan. Serta karena bahwa teori-teori kebenaran itu pun bukan hanya sekedar himbauan dan retorika belaka; bukan pula sebagai ilmu yang dipelajari dan lalu dijadikan sebagai ajang kesombongan semata.

Satu hal menjadi penting pada akhirnya, bahwa keshohihan teori haruslah terjamin kebenarannya. Benar yang bukan hanya berdasarkan suara terbanyak, benar yang bukan hanya berdasarkan kebiasaan orang kebanyakan; namun benar yang telah terabsahkan berdasarkan hasil validasi dan verifikasi holistik, serta bersumber pada sesuatu yang benar secara hakikat pula. Teori haruslah memenuhi unsur-unsur kebenaran hakiki, bukan hanya dilihat dari sudut pandang sempit semata. Teori haruslah luput dari sebuah kesalahan yang diintervensikan dengan sengaja atau pun terintervensikan dengan tidak sengaja. Setidaknya, manusia – harus terus – berusaha untuk menggali sebuah teori itu benar secara hakiki, sebagai bentuk usaha optimal yang dapat manusia lakukan. Lalu, dimana pentingnya? Tentu sangatlah penting. Karena, umat manusia – sekarang dan setelahnya – menjadi jaminan – baik atau buruknya – sebuah teori tersebut terimplementasi. Manusia bukanlah sekumpulan kelinci percobaan untuk ajang uji coba teori. Sehingga, implementasi atas teori yang benar secara hakiki, itulah yang harus menjadi muara besar berkehidupan kita bersama. Maka, carilah teori yang benar secara hakiki tersebut, dan puncak dari segala puncak teorinya adalah amal yang terimplementasikan. [dnu]

Lihat Pendidikan Selengkapnya Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Lihat Semua Komentar (1)