Tata Cara Mandi Wajib Sesuai Dengan Ajaran Rasulullah SAW

Tata Cara Mandi Wabib – Bagi perempuan dan laki-laki dewasa, sudah pasti melakukan mandi wajib sebagai sarana bersuci dari hadas besar. Mandi wajib seringkali disebut mandi junub dan harus dilakukan jika seseorang mengalami salah satu dari beberapa hal di bawah, yakni:

1. Keluar air mani ketika sadar atau tidur.
2. Berjima’ meskipun tidak keluar air mani. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ وَمَسَّ الْخِتَانُ الْخِتَانَ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ

“Apabila seseorang duduk di antara cabangnya yang empat (kedua tangan dan kedua kaki), khitan pun bersentuhan dengan khitan, maka wajib mandi.” (HR. Muslim).

1. Hal ini berdasarkan hadis riwayat HR Nasai, Tirmidzi, dan Abu Dawud yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW menyuruh Qais bin Ashim untuk mandi wajib dicampur daun bidara.
2. Selesai haid dan nifas. Perkara ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW:

فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي

“Apabila datang haid, maka tinggalkanlah shalat, dan apabila telah hilang haid, maka mandi dan shalatlah.”

Adapun nifas berlaku seperti haid berdasarkan ijma’.

Dalam Al-Qur’an, anjuran mandi wajib juga telah diperintahkan dalam Surat Maidah Ayat 6 dan Surat An-Nisa Ayat 43 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’: 43).

Perkara mandi wajib tentu sangat penting sebab menentukan sahnya ibadah-ibadah lain seperti shalat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, thawaf atau mengelilingi Ka’bah, dan sebagainya. Oleh karena itu, hendaknya kita mengetahui tata cara mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah SAW.

Tata Cara Mandi Wajib Ala Rasulullah SAW

Secara garis besar, tata cara mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah SAW, berdasarkan dua dalil sebagai berikut:

1. Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316).
2. Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317). Dari dua riwayat hadis di atas, rincian dan tata cara mandi wajib sesuai sunnah dapat dilakukan sebagai berikut:
3. Niat

Niat menempati urutan pertama dalam sebuah ibadah sebab menyatakan kesungguhan seorang umat dalam melaksanakan ibadah. Menurut Imam Syafi’i, niat mandi wajib harus dilakukan bersamaan saat air pertama kali disiramkan ke tubuh. Pendapat lain menyatakan bahwa niat mandi wajib dilafalkan sebelum mengguyur tubuh dan dilafalkan sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

“Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari janabah, fardhu karena Allah Ta’ala.”

Adapun doa tersebut dapat dilafalkan bagi mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar. Sementara itu niat mandi wajib untuk perempuan selesai haid adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala.”

Sementara niat mandi wajib untuk perempuan selesai nifas adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ النِّفَاسِ ِللهِ تَعَالَى

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta’ala.”

Adapun sebagian ulama berpendapat bahwa niat tidak perlu dilafalkan dan tidak ada doa khusus mengenai niat. Wallahu’alam.

Cuci tangan sebanyak tiga kali agar tangan bersih dari najis.

Tata cara mandi wajib selanjutnya adalah membersihkan kemaluan dan dubur. Bersihkan kemaluan dengan tangan kiri.

1. Cuci Kembali Kedua Tangan Menggunakan Tanah Atau Sabun

Setelah membersihkan kemaluan dan dubur, maka cuci kembali tangan kita menggunakan tanah atau sabun. Hal ini berdasarkan anjuran Imam Nawawi. Atau hendaklah ia mengosokkan tangannya ke tanah atau tembok untuk menghilangkan kotoran menempel.

Berwudhu juga menjadi bagian dari tata cara mandi wajib Rasulullah SAW. Perkara urutan membasuh kaki saat berwudhu, hadis dari riwayat salah satu istri Rasulullah SAW, Maimunah menyatakan bahwa Rasulullah SAW mencuci kakinya di penghujung mandi wajib. Sementara itu hadis Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah SAW berwudhu terlebih dahulu hingga selesai sebelum mengguyur tubuhnya. Jadi mana yang benar?

Syaikh Abu menyatakan bahwa tata cara mandi wajib Rasulullah—baik menurut versi Aisyah ataupun Maimunah sama-sama benar sehingga kita diberi kelapangan untuk memilih bagaimana urutan membasuh kaki dalam berwudhu.

Mengguyur air dalam mandi wajib dilakukan sebanyak tiga kali hingga ke pangkal rambut. Kemudian basuh rambut dari kanan ke kiri. Perintah untuk selalu mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan, tercermin dalam hadis berikut ini:

كَانَ النَّبِىُّ– صلى الله عليه وسلم- يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268).

Menyela rambut dalam tata cara mandi wajib dilakukan dengan memisah-misah rambut. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah yang diriwayatkan Bukhari.

كَانَ رَسُكَانَ رَسُولُ اللَصلى الله عليه وسلمإِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ ، وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اغْتَسَلَ ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهِ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهشَعَرَهُ ، حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنْ قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ

“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan lainnya.”

Aisyah juga menyatakan,

“Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.” (HR. Bukhari no. 277)

Hukum memisah-misah rambut wajib dilakukan laki-laki dan sunnah (mandub) bagi wanita sebab wanita diperbolehkan menggelung rambutnya saat mandi wajib. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Ummu Salamah:

“Wahai Rasulullah, aku seorang perempuan yang gelungan rambutnya besar. Apakah aku harus membuka gelungan rambutku ketika mandi junub?” Beliau menjawab: “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu menyela-nyelai kepalamu dengan air tiga kali, kemudian guyurlah kepala dan badanmu dengan air, sehingga kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 330).

Tahap tata cara mandi wajib selanjutnya adalah guyurlah air ke sekujur badan, dimulai dari sisi kanan dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Usahakan agar air menyentuh lipatan tubuh dan sebisa mungkin jangan menyentuh kemaluan—kalaupun tak sengaja tersentuh, maka kembali berwudhulah