PENGERTIAN RME Realistic Mathematics Education

PDA -Pengertian Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran dalam matematika berdasarkan padaRealistic Mathematics Education(RME), yang pertama kali dikembangkan di negeri Belanda pada tahun 70-an oleh Freundenthal. Pada RME pembelajaran matematika bisa bermakna bila dikaitkan dengan kenyataan (realita) dalam kehidupan di masyarakat yang di alami siswa.Selain sebagai suatu proses aktivitas, tidak hanya sebagai suatu produk yang dijadikan bahan ajar. Sementara ini guru memandang matematika hanya sebagai hasil buah pikir manusia pendahulu, kemudian diajarkan kembali kepada manusia lain generasi berikutnya untuk dipelajari dan dimanfaatkan. Guru melaksanakan pengajaran matematika hanya sebagai produk dan bukan matematika sebagai proses. Freundenthal mengemukakan bahwa pembelajaran matematika seyogyanya dilakukan dengan sistemguided reinvention, kegiatan yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep atau aturan, yaitu dengan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencoba proses matematisasi (proces of mathematization), tidak hanya diberitahukan. Menurut Freudenthal (1991) matematika strukturalis diajarkan di menara gading oleh ratio individu yang jauh dari dunia masyarakat. Selanjutnya, menurut filosofi empiristik bahwa dunia adalah kenyataan.dalam pandangan ini kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa,Para siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berguna, namun sayangnya para siswa tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman. Dalam filosofi realistic, kepada siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.Kemajuan individu maupun kelompok dalam proses belajar sebarapa jauh dan seberapa cepat akan menentukan spektrum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut. Dalam kerangka Realistic Mathematics Education, freudenthal (1991) menyatakan bahwa “Mathematics is human activity” karenanya pembelajaran matematika disarankan berangkat dari aktivitas manusia. Inovasi Pembelajaran Matematika Romberg (1992 ) mengatakan bahwa dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika, individu atau kelompok dapat membuat suatu produk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk ini mungkin berupa produk materi pembelajaran baru, teknik pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru. Pengembangan produk baru ini melibatkan proses engineering dengan cara menemukan bagian-bagian tertentu dan meletakkannya kembali untuk membuat suatu bentuk baru. Proses matematisasi selanjutnya menurut Treffers (2000) ada dua tipe, yaitu horizontal dan vertikal. Pada tahap horizontal siswa akan sampai pada tahap mathematical tools,seperti fakta, konsep, prinsip, algoritma, dan aturan yang dapat berguna untuk menyelesaikan persoalan matematik. Pada tahap vertikal adalah proses reorganisasi matematik, misalnya menemukan keterkaitan antara beberapa konsep dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Tahap matematisasi horizontal adalah proses dari dunia empirik menuju dunia rasio, sedangkan matematisasi vertikal adalah proses transformasi pada dunia rasio dalam pengembangan matematika secara abstrak. Ada empat tahap utama dalam pengembangan ini yaitu : desain hasil, kreasi hasil, implementasi hasil, dan penggunaan hasil. Bentuk inovasi tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam menyerap konsep-konsep, prosedur, dan algoritma matematika. Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Usaha-usaha ini dilakukan sehubungan dengan adanya perbedaan antara ‘materi’ yang dicita-citakan oleh kurikulum tertulis dengan ‘materi yang diajarkan’, serta perbedaan antara ‘materi yang diajarkan’ dengan materi yang ‘dipelajari siswa’. Dalam banyak hal, pengajaran sering kali diinterpretasikan sebagai aktivitas yang dilakukan guru : mula-mula ia mengenalkan subjek, memberikan satu atau dua contoh, kemudian menanyakan pertanyaan satu atau dua pertanyaan, kemudian meminta kepada siswa yang pasif untuk menjadi lebih aktif, dengan memulainya melengkapi latihan-latihan soal dari buku. Kelas dalam kombinasinya dengan guru akan menentukan dengan cara mana hasil optimal akan didapat. Hal ini akan menyangkut interaksi sesama siswa, kerja individual, kerja kelompok, diskusi kelas, presentasi hasil pekerjaan siswa, presentasi guru, dan aktivitas lainnya dalam mengorganisasikan kelas sedemikian sehingga hasil yang diperoleh akan optimal. Keadaan yang seperti ini yang menuntut agar guru yang akan mengajar dengan pendekatan realistik memahami framework dari pendekatan realistik. Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, terutama di negeri asalnya, Negeri belanda, telah dilakukan selama tak kurang dari 30 tahun, telah membawa hasil bahwa 75% sekolah-sekolah di Negeri Belanda telah menggunakan pendekatan realistik (Treffers, 1991). Pendekatan Realistik di Antara pendekatan Lainnya Dalam Pendidikan Matematika Secara umum ada empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Traffers (1991) membaginya dalam mechanistic, strukturalistic, empiristic dan realistik.Supaya kita mengetahui posisi dari filsafat realistik, akan di uraikan secara singkat pendekatan menurut filosofi lain di luar realistik sebagai berikut: Menurut filosofimechanisticbahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat di program dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola-pola dan proses yang berulang-ulang.Dalam filosofi structuralistic, yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstuktur secara baik.Manusia dengan kemuliaannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, di anggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efesien dengan cara menggunakan subjek mater sistematik dan terstruktur secara baik.Dalam filosofi yang pada mulanya dijalankan oleh sokrates para siswa diharapkan patuh untuk mengulang-ulang deduksi pokok.Untuk menguji hasil pengulangan apakah hanya membeo saja atau benar-benar menguasai suatu kumpulan permasalahan selanjutnya siswa di latih secara drill. Prinsip-Prinsip pembelajaran Realistik Terdapat lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistik, yaitu: 1. Menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar 2. Menggunakan model sebagai suatu jembatan antar real dan abstrak yang membantu siswa belajar matematika pada level abtrak yang berbeda 3. Menggunakan produksi/kontribusi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari mereka “doing mathematics” 4. Interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME 5. Terintegrasi dengan topik lainnya (Intertwinment). Kelima prinsip belajar ( dan mengajar ) menurut filosofi ‘realistic’ di atas inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Dalam pengembangan pendekatan realistik, yang pada umumnya menggunakan pendekatan ‘developmental research’, Freudenthal (1991) menjelaskan bahwa ‘developmental research’ adalah pengalaman proses siklis dari pengembangan dan penelitian secara sadar, kemudian dilaporkannya secara jelas. Pengalaman ini kemudian dapat di transfer kepada yang lain menjadi seperti pengalaman sendiri. Dalam proses pengembangan bahan ajar dengan pendekatan realistik disampaikan menggunakan developmental research, dengan dua karakteristik yaitu : percobaan berfikir dan implementasi pembelajaran. Tujuan dari para peneliti dalam developmental research ini bukanlah untuk menyelesaikan suatu masalah secara cepat(immediate) melainkan untuk menyatakan suatu pertimbangan secara baik, dan penurunan teori pembelajaran secara empiris. Perlu diingat bahwa teori pembelajaran yang dikembangkan dalam projek penelitian yang dilaksanakan dikatakan sebagai teori pembelajaran lokal, yang memberikan suatu jawaban umum untuk satu topik yang diberikan. Dalam projek penelitian, siklus dari pembelajaran matematika melayani pengembangan teori pembelajaran lokal. Dalam kenyataannya terdapat hubungan reflektif antara thought experiment dan instructional experiment dari teori pembelajaran lokal yang sedang dikembangkan. Di satu pihak conjecture (hipotesis) teori pembelajaran lokal membimbing thought experiment dan instructional experiment, dan di lain pihak, microinstruction experiment membentuk teori pembelajaran lokal. Dengan demikian pengembangan dari pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik memerlukan tahap implementasi dengan menggunakan beberapa asumsi. Kerangka pembelajaran dengan pendekatan realistik mempunyai dua kelebihan. Menuntun siswa dari keadaan yang sangat konkrit (melalui proses matematisasi horizontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika informal). Biasanya mereka (para siswa) dibimbing oleh masalah-masalah kontekstual. Dalam falsafah realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan matematika. Menurut Treffers dan Goffree (1985, dalam De Lange 1996) bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik berguna untuk mengisi sejumlah fungsi : 1. Pembentukan konsep : Dalam fase pertama pembelajaran para siswa diperkenankan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi. 2. Pembentukan model : Masalah-masalah kontekstual memasuki fondasi siswa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-model lain yang kegunaannya sebagai pendorong penting dalam berfikir. 3. Keterterapan : Masalah kontekstual menggunakan ‘reality’ sebagai sumber dan domain untuk terapan. 4. Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan. Dengan gagasan seperti di atas, bagaimana supaya para siswa memiliki konsep matematika yang kuat salah satu alternatif yang ditawarkan adalah pendekatan realistik. Berdasarkan pendapat para pakar di atas maka langkah-langkah pembelajaran RME yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Siswa diperkenankan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi. 2. Guru menjelaskan secara realistik melalui media yang familiar dengan siswa. 3. Siswa memperhatikan penjelasan guru. 4. Siswa mencoba menggunakan media yang telah disediakan. 5. Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja kelompok. 6. Siswa menampilkan hasil kerja kelompok. 7. Guru bersama siswa membuat simpulan dari materi pelajaran. Freudenthal. 1991.Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). www. Spirit-guru.com. diakses januari 2015 Gie.1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberti Isdianti. Indah 2013.Keefektifan Pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sudut pada Siswa kelas III (Penelitian di Sekolah Dasar Negeri Debong Tengah Kota Tegal).Skripsi UNNES Semarang Jumeno, 2013. “Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Sifat-Sifat Bangun Ruang Dengan Pendekatan Pembelajaran Realistic Mathematic Education Metode Demontrasi di Kelas IV SDN Gulangpongge 01 Pati Tahun 2012/2013”. Laporan PTK Muhsetyo Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Romberg. 1992. Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). www. Spirit-guru.com. diakses januari 2015 Treffers 2000. Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). www. Spirit-guru.com. diakses januari 2015