Pengertian Filsafat Pengertian Pengetahuan Ciri Fungsi Tujuan Manfaat

Pengertian Filsafat Pengertian Pengetahuan Ciri Fungsi Tujuan Manfaat – Dasar pengertian filsafat diambil dari kata philosohia atau philoshopos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai cinta dan kebijaksanaan. Secara simpel, pengertian filsafat atu filosofi adalah cinta pada pengetahuan (ilmu pengetahuan) dan kebijksanaan. Dalam bahasa Arab, pengertian filsafat dirujuk dari muhibb al-hikmah dan dari bahasa belanda ialah wijsbegeerte.

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

* Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
* Menurut Plato ( SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
* Aristoteles ( SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda.
* Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
* Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.

* Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
* Berfikir secara sistematis.
* Menyusun suatu skema konsepsi, dan
* Menyeluruh.

Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :

1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:

* Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
* Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
* Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
* Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

* Sebagai dasar dalam bertindak.
* Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
* Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
* Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

* Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
* Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
* Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
* Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
* Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).

Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:

* Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
* Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
* Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan.

Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar.

Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Contoh:

* Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
* Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

* Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya
* Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebabnya
* Ketiganya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
* Ketiganya mempunyai metode dan sistem
* Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar

Filsafat :

* Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan.
* Keseluruhan yang ada
* Menilai objek renungan dengan suatu makna. Misalkan : religi, kesusilaan, keadilan, dsb
* Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu

Pengetahuan

* Yang dipelajari terbatas karena hanya sekedar kemampuan yang -ada dalam diri kita untuk mengetahui sesuatu hal.
* Objek penelitian yang terbatas
* Tidak menilai objek dari suatu sistem nilai tertentu
* Bertugas memberikan jawaban

Ilmu Pengetahuan

* Cenderung kepada hal yang dipelajari dari sebuah buku panduan.
* Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
* Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.
* Ilmu Pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui -kesimpulan logis dari pengamatan empiris

adalah sebagai berikut:

1. Sistematis.

Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu pengetahuan ilmiah dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu berlandaskan suatu teori. Atau dapat dikatakan bahwa teori dipergunakan sebagai sarana untuk menjelaskan gejala dari kehidupan sehari-hari. Tetapi teori itu sendiri bersifat abstrak dan merupakan puncak piramida dari susunan tahap-tahap proses mulai dari persepsi sehari-hari/ bahasa sehari-hari, observasi/konsep ilmiah, hipotesis, hukum dan puncaknya adalah teori.

a. Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari).

Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang biasanya disampaikan dalam bahasa sehari-hari diobservasi agar dihasilkan makna. Dari observasi ini akan dihasilkan konsep ilmiah.

b. Observasi (konsep ilmiah).

Untuk memperoleh konsep ilmiah atau menyusun konsep ilmiah perlu ada definisi. Dalam menyusun definisi perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan. Terdapat 2 (dua) jenis definisi, yaitu: definisi sejati dan definisi nir-sejati.

Definisi sejati dapat diklasifikasikan dalam:

1) Definisi Leksikal. Definisi ini dapat ditemukan dalam kamus, yang biasanya bersifat deskriptif.

2) Definisi Stipulatif. Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian tidak dapat dinyatakan apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau salah tidak menjadi masalah, tetapi yang penting adalah konsisten (taat asas). Contoh adalah pernyataan dalam Akta Notaris: Dalam Perjanjian ini si A disebut sebagai Pihak Pertama, si B disebut sebagai Pihak Kedua.

3) Definisi Operasional. Definisi ini biasanya berkaitan dengan pengukuran (assessment) yang banyak dipergunakan oleh ilmu pengetahuan ilmiah. Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang didefinisikan terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan. Contoh: ”Yang dimaksud inteligensi dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang yang dinyatakan dengan skor tes inteligensi”.

4) Definisi Teoritis. Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah berdasarkan teori tertentu. Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu menggunakan teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud.
Definisi nir-sejati dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Definisi Ostensif. Definisi ini menjelaskan sesuatu dengan menunjuk barangnya. Contoh: Ini gunting.

2) Definisi Persuasif. Definisi yang mengandung pada anjuran (persuasif). Dalam definisi ini terkandung anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh: ”Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji”. Dalam definisi tersebut secara implisit terkandung anjuran agar orang tidak membunuh, karena tidak baik (berdosa menurut Agama apapun).

c. Hipotesis: dari konsep ilmiah yang merupakan pernyataan-pernyataan yang mengandung informasi, dua pernyataan digabung menjadi proposisi. Proposisi yang perlu diuji kebenarannya disebut hipotesis.

d. Hukum: hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil atau hukum.

e. Teori: keseluruhan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak bertentangan satu sama lain serta dapat menjelaskan fenomena disebut teori.

2. Dapat dipertanggungjawabkan.

Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam sistem, yaitu:

a. Sistem axiomatis

Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau konkret. Atau mulai teori umum menuju fenomena/gejala konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu-ilmu formal, misalnya matematika.

b. Sistem empiris

Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu teori mulai dari gejala/ fenomena khusus menuju rumus umum atau teori. Jadi bersifat induktif dan untuk menghasilkan rumus umum digunakan alat bantu statistik. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu pengetahuan alam dan sosial.

c. Sistem semantik/linguistik

Dalam sistem ini kebenaran didapatkan dengan cara menyusun proposisi-proposisi secara ketat. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah ilmu bahasa (linguistik).

3. Objektif atau intersubjektif

Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak (intersubjektif). Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri, bukan milik perorangan (subjektif) tetapi merupakan konsensus antar subjek (pelaku) kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu pengetahuan ilmiah itu harus ditopang oleh komunitas ilmiah.

Ilmu pengetahuan mempunyai beberapa tujuan, dan sebagaimana oleh para ilmuwan, tujuan itu dibagi menjadi tujuan secara teoritis dan praktis

1 Secara praktis

Oleh karena ilmu pengetahuan merupakan suatu aktifitas kognitif yang harus mematuhi berbagi kaidah pemikiran yang logis, maka metode ilmiah juga berkaitan sangat erat dengan logika. Dengan demikian, prosedur-prosedur yang tergolong metode logis termasuk dalam pula ruang lingkup metode ilmiah. Ini misalnya ialah deduksi, abstraksi, penalaran analogis, dan analisis analogis.

Selanjutnya, metode ilmiahmeliputi suatu rangkaian langkah yang tertib. Dalam kepustakaan metodologi ilmu tidak ada jesatuan pendapat mengenai jumlah, bentuk, dan urutan langkah yang pasti. Penertian metode tidaj sama pula dengan tehnik.

Metode ilmiah adalah berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan taat langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah.[1] Pola dan taat langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Pola dan taat langkah procedural itu dilaksanaan dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih rinci.

Cara-cara itulah yang mewujudkan tehnik. Jadi, tehnik adalah sesuatu cara operasional tehnis yang sering sekali bercorak rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Misalnya suatu penelitian terhadap gejala-gejala kemasyarakatan dapat mempergunakan metode survey.

Bebagai tehnik yang dilaksanakan pada metode itu antara laim tehnik lapangan (field work), pemeriksaan setempat (investigation), saftar pertanyaan (question naire), dan wawancara (interview). Dalam keilmuwan seprti fisika dan kimia, penelitian terhadap suatu materi dapat menggunakan metode pengukuran, sedang tehnik-tehniknya misalnya ialah tehnik pemasaran atau tehnik tekanan.

Berbagai tehnik penelitian itu biasanya memakai pula bantuan macam-macam peralatan (alat-alat peneliitian) seperti terdapat dalam laboratorium.

Demikianlah dalam berbagai bacaan studi ilmu dan filasafat ilmu pengertian ilmu kini oleh sebagian ilmuwan dan filsuf diartikan sebagai metode penyelidikan (method of inquiry).

2 Secara teoritis

Pada dasarnya ilmu adlah sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktifitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani suatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitasa manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapay bermacam-macam sesuai apa yang diharapkan oleh masinh-masing ilmuwan. [2]
Dalam hal ini terjadilah kajamakan atau keanekaan tujuan karena masing-masing ilmuwan merumuskan sesuatu tujuan yang berbeda satu sama lain.

Pendapat –pendapat yang berlaianan dari berbagi ilmuwan atau filsuf dapat dikutipka dibawah ini:

a) Pernyataan Robert Ackermann

“kadang-kadang dikatakan bahwa tujuan ilmu ialah mengendalikan alam, dan kadang-kadang ialah untuk memehami alam”.
b) Francis Bacon berpendapat bahwa “tujuan sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia dengan ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan”.

c) Pendapat Jacob Bronowski bahwa (“tujuan ilmu adalah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini. Aktifitas ilmu diarahkan untuk mencari kebenaran, dan ini dinilai dengan ukuran apakah benar terhadap fakta-fakta)”.

d) Pendapat Mario Bunge“pertama-tama, meningkatkan pengetahuan kita (tujuan intrinsic dan kognitif); kelanjutanya, meningkatkan kesejahteraan dan kekuasaan kita (tujuan-tujuan ekstrinsik atau kemanfaatan).)

e) Pendapat Enrico Cantore

“tujuannya ialah menentukan struktur yang terpahami dari realitas yang dapat diamati atau alam.)

f) Menurut Albert Enstein

“tujuan ilmu disatu pihak ialah pemahaman selengkap mungkin mengenai prertalian diantara pengalaman inderawi dalam keseluruhannya, dan pihak lain ialah pencapain tujuan ini dengan pemakain sejumlah minimum pengertian-pengertin dasar dan hubungan-hubungan).

Demikianlah, dari segenap kutipan diatas ternyata bahwa ilmu mengarah pada berbagai tujuan. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan itu dapat secara teratur diperinci dalam urutan berikut:

* Pemahaman (understanding, comprehension, insight)

* Penerapan (application, invention, production)

Untuk lebih memahami bagaimana manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan kita sehari-hari, berikut ini kami uraikan beberapa manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia:

1. Dapat Membedakan Benar-Salah

Dengan memiliki ilmu pengetahuan, seseorang tidak akan terjebak dalam tindakan atau perbuatan yang salah. Seseorang yang memiliki ilmu tidak akan mudah melakukan tindakan salah yang disebabkan pengaruh orang lain. Biasanya orang berilmu memiliki prinsip hidup yang kuat dan selalu berupaya menempatkan diri pada posisi yang tepat.

2. Ilmu Bermanfaat Hingga Wafat

Hal-hal yang bersifat duniawi secara alami akan terputus saat seseorang sudah wafat. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia akan meninggalkan semua bentuk urusan yang terjalin semasa hidup saat sudah wafat. Dengan ilmu yang dibagikan semasa hidup, seseorang akan terkenang sampai kapanpun bahkan setelah wafat. Misalnya, bagaimana ilmu dibagikan dalam bentuk tulisan yang dapat terus dibaca dan bermanfaat bahkan hingga penulisnya wafat.

3. Langkah Menuju Surga

Pada kehidupan berikutnya, manusia hakikatnya akan menempati surga. Ilmu merupakan sumber pengetahuan akan kebenaran yang dipercaya mampu membantu setiap manusia menuju surga. Dengan memiliki pengetahuan akan kebenaran, manusia akan semaksimal mungkin mungkin melakukan tindakan yang benar dan berusaha menjauhi perbuatan atau tindakan yang dianggap salah. Kebenaran tersebut yang akan membimbing seseorang menuju surga.

4. Menaikkan Derajat Manusia

Tingkatan atau derajat manusia akan semakin terangkat dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Baik di mata Tuham maupun sesama, orang yang memiliki ilmu senantiasa dihargai dan memperoleh penghormatan yang baik. Bahkan ketika seseorang sedang dalam tahapan menuntut ilmu biasanya lingkungan sosial masyarakat sudah memberikan tanggapan atau pandangan yang positif.

5. Ilmu adalah Hal yang Lebih Berharga daripada Harta

Dalam kehidupan sosial ditengah-tengah masyarakat, banyak orang beranggapan bahwa kekayaan dan harta merupakan dua hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia. Namun, terdapat hal lain yang mempunyai nilai lebih tinggi dibanding kekayaan maupun harta yaitu ilmu pengetahuan. Kekayan dan harta yang melimpah akan mendorong seseorang untuk berupaya menjaga harta kekayaannya agar tidak hilang. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang justru akan selalu menjaga diri manusia dan bahkan mampu mendatangkan harta kekayaan.