Pembahasan Lengkap Modal Sosial Menurut Para Ahli Dan Contoh Tesis Modal Sosial

Gambaran dari Modal Sosial
Pengertian Modal Sosial
Modal sosial secara sederhana didefinisikan sebagai kumpulan nilai-nilai atau norma-norma informal secara spontan yang terbagi di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Fukuyama (2000)

Fukuyama mengemukakan bahwa mereka harus mengarah kepada kerjasama dalam kelompok dan berkaitan dengan kebajikan-kebajikan tradisional seperti: kejujuran; memegang komitmen; bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan norma saling timbal balik. Selanjutnya dijelaskan oleh Fukuyama bahwa dalam kondisi tertentu modal sosial dapat memfasilitasi tinggnya derajad inovasi masyarakat dan daya adaptasi masyarakat.

Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial pertama kalinya. Dalam tulisannya berjudul ‘The Rural School Community Centre’ (Hanifan, 1916:130)

Hanifan mengatakan modal sosial bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial.

Unsur dan Komponen Modal Sosial
Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam sebuah modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan (networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah sebagai berikut:

Kepercayaan (Trust)

Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis) (Damsar, 2009:185).

Sedangkan menurut Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).

Nilai dan Norma (Norms)

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip, 2011:119).

Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau bersama yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun sangsi fisik, bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).

Jaringan Sosial (networks)

Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan (Damsar, 2009:214).

Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus (Robison, 2011).

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun temurun (repeated sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi kebutuhan (religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit (Mawardi, 2007).

Fungsi Modal Sosial
Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab akan kemajuan bersama.

1. Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:
2. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.
3. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
4. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
5. Membangun partisipasi masyarakat.
6. Sebagai pilar demokrasi.
7. Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Teori-teori dari Gambar Model Teori dari Modal Sosial
Jenis-jenis Modal Sosial
Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:

1. Social bounding (perekat sosial). Social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Social bounding umumnya dalam bentuk nilai, kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-istiadat.
2. Social bridging (jembatan sosial). Social bridging merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Social bridging bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk membangun kekuatan dari kelemahan.
3. Social linking (hubungan/jaringan sosial). Merupakan hubungan sosial yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya: Hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum.

Bentuk-bentuk Modal Sosial
Modal sosial juga dinyatakan sebagai berikut , “bukanlah masalah apa yang Anda ketahui, melainkan siapa yang Anda kenal.” Bentuk-bentuk modal sosial antara lain adalah :

1. Struktur kewajiban, ekspektasi, dan kepercayaan.
2. Jaringan informasi
3. Norma dan sanksi yang efektif

Tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial
Coleman mengidentifikasi tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial.

Pertama, kewajiban dan harapan yang timbul dari rasa kepercayaan dalam lingkungan sosial. Ia mengambil contoh sistem arisan yang populer dalam masyarakat di banyak negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sistem arisan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan pertemanan, tetangga atau kekerabatan merupakan sebuah contoh yang jelas tentang bagaimana pentingnya arti kepercayaan.

Pilar kedua modal sosial menurut Coleman adalah pentingnya arus informasi yang lancar di dalam struktur sosial untuk mendorong berkembangnya kegiatan dalam masyarakat. Arus informasi yang tidak lancar cenderung menyebabkan orang menjadi tidak tahu atau ragu-ragu sehingga tidak berani melakukan sesuatu.

Pilar ketiga adalah norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif. Tanpa adanya seperangkat norma yang disepakati dan dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat maka yang muncul adalah keadaan anomie dimana setiap orang cenderung berbuat menurut kemauan sendiri tanpa merasa ada ikatan dengan orang lain. Juga tidak ada mekanisme untuk menjatuhkan sanksi karena tidak ada norma yang disepakati bersama berkaitan dengan sanksi tersebut.

Contoh Tesis yang membahas tentang Modal Sosial
Contoh Tesis 1 : Modal Sosial dan Keberlangsungan Usaha (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Keterkaitan Hubungan Modal Sosial dengan Keberlangsungan Usaha Pengusaha Batik di Kampung Kauman, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta)
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan memaparkan deskripsi modal sosial dan keberlangsungan usaha pengusaha batik. Disamping itu juga memaparkan deskripsi keterkaitan modal sosial dengan keberlangsungan usaha pengusaha batik. Penelitian ini mengambil lokasi di Kauman Surakarta karena dilokasi ini banyak terdapat pengusaha batik dengan latar belakang historis yang cukup unik.

Data dari penelitian ini berwujud data primer dari informan pengusaha batik yang beretnis Jawa di Kauman Surakarta. Adapun data yang berwujud data sekunder diperoleh dari kantor Kelurahan Kauman. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan maksimum variation sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara secara mendalam (in-depth-interview), observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data model interaktif. Validitasnya adalah trianggulasi data (sumber).

Pengusaha batik Kauman memiliki modal sosial yang terbangun dalam jaringan perkumpulan RT/Rw, kelompok pengajian, Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, ASEPI, Solo Raya, pedagang Pasar Klewer, dan dalam daur kehidupan (bantu membantu), terdapat hubungan yang dilandasi kepercayaan satu sama lain (trust), dalam jaringan ini kemudian terbangun kerjasama-kerjasama, saling membantu satu sama lain, saling mengguntungkan dan diperoleh banyak manfaat, dimana didalamnya ditopang oleh norma formalitas, menghargai, menghormati, saling mengguntungkan. Serta akan selalu diwarnai oleh nilai-nilai ketaatan, kejujuran, pencapaian, individualistik dan tolong menolong. Keberlangsungan usaha para pengusaha batik Kauman meliputi keberlangsungan permodalan, keberlangsungan sumber daya manusia, keberlangsungan produksi dan keberlangsungan pemasaran. Keberlangsungankeberlangsungan ini dilihat dari bagaimana pengusaha batik Kauman memenuhi kebutuhan, mengembangkan dan melindungi sumber daya yang ada pada tiap-tiap aspek. Keberlangsungan usaha pengusaha batik Kauman selalu diwarnai oleh filosofi, norma agama, dan keprofesionalan dalam menjalankan setiap aktivitas usahanya yang bertujuan memperoleh profit. Keterkaitan hubungan modal sosial dengan keberlangsungan usaha dapat diketahui dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Granovetter dalam Sosiologi Ekonomi tentang bagaimana perilaku institusi atau individu dipengaruhi oleh hubungan sosial atau aktivitas-aktivitas sosial yang merupakan suatu permasalahan klasik dalam teori sosial. Ekspresi hubungan sosial ekonomi ditandai dengan kegiatan-kegiatan (perilaku, tindakan) yang mendukung suatu interaksi sosial seperti kerjasama, dimana kegiatan-kegiatan ini senantiasa diwarnai oleh partisipasi jaringan, resiprositas, trust, nilai-nilai, norma sosial dan tindakan proaktif.

Keterkaitan modal sosial dengan keberlangsungan usaha terletak pada unsur-unsur yang terbangun dalam modal sosial dan kerjasama yang dijalin pengusaha batik dalam aktivitas keberlangsungan usaha, dimana unsur-unsur ini mewarnai keberlangsungan usaha batik tersebut. Keterkaitan modal sosial dan keberlangsungan usaha terletak pada tindakan ekonomi yang dilakukan baik itu berhubungan dengan keberlangsungan permodalan, sumber daya manusia, produksi dan pemasaran cenderung diwarnai adanya hubungan sosial dalam kegiatan partisipasi jaringan, dalam kegiatan tukar menukar kebaikan (resiprositas) dalam daur kehidupan, yang memiliki norma saling mengguntungkan dalam setiap hubungan sosial yang dibangun dengan pemodal, tenaga kerja, relasi usaha dan pelanggan. Terkandung nilai kepedulian dalam memperlakukan tenaga kerja, relasi usaha, pelanggannya. Nilai kejujuran juga senantiasa mewarnai tindakan ekonomi yang dilakukan pengusaha kepada para tenaga kerja dan pelanggan-pelanggannya. Keterkaitan ini membuktikan kebenaran teori Granovetter tentang Embeddedness.

Contoh Tesis 2 : Modal Sosial Sebagai Strategi Kelangsungan Industri Pengolahan Batu dan Pasir di Dusun Giyan Bimomartani Ngemplak Sleman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial dan strategi kelangsungan industri pengolahan batu dan pasir di Dusun Giyan Bimomartani Ngemplak Sleman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menganalisis data primer dan sekunder. Subyek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria: pemilik industri, karyawan industri dan pemasok bahan baku pada industri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menujukkan terdapat 3 komponen modal sosial pada industri pengolahan batu dan pasir tersebut yaitu kepercayaan, norma, dan jaringan. Strategi yang digunakan dalam indutri tersebut meliputi Strategi lokasi, strategi lokasi, dan strategi pemberian bonus atau potongan harga.

Contoh Tesis 3 : Analisis Pengaruh Keberadaan Modal Sosial Bank Syari’ah terhadap Persepsi Masyarakat di Kota Payakumbuh
Persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengentahui, melaluai panca indra tanggapan (indera) dan daya memahami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh keberadaan modal sosial (kepercayaan, norma sosial,partisipasi, kelembagaan) bank syariah terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh. Penelitian ini menggunakan data primer dan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi logistik dan uji wald (uji signifikan tiap-tiap parameter). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan modal sosial kepercayaan, norma sosial, partisipasi tidak berpengaruh terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh dan kelembagaan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh.

Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab yang mutlak dilakukan oleh perusahaan sebagai kewajiban terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Program CSR menjadi sebuah solusi dalam pemecahan masalah di tengah masyarakat terkait dengan dampak operasinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan modal sosial, efektivitas Program Kemitraan, dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dokumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kekuatan modal sosial masyarakat yang tergolong cukup kuat, efektivitas Program Kemitraan tergolong cukup tinggi dan taraf hidup mayoritas pada tingkat sedang. Pada penelitian ini modal sosial dapat meningkatkan efektivitas Program Kemitraan dan taraf hidup masyarakat. Selain itu, terdapat hubungan antara modal sosial dengan efektivitas program dan taraf hidup masyarakat.

Contoh Tesis 5 : Peran Modal Sosial dalam Pengembangan Kelembagaan pada Kebijakan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Karangsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian dapat diidentifikasi modal sosial masyarakat di wilayah Puskesmas Karangsari terbentuk dari norma, jaringan, dan kepercayaan. Masyarakat di daerah penelitian termasuk masyarakat yang religius, nilai-nilai tradisi yang diwarisi turun-temurun juga masih terlihat jelas dan dijunjung tinggi. Norma lokal yang juga berkembang di ketiga desa ini adalah budaya “sungkan”. Hubungan yang terjalin antar anggota masyarakat lebih banyak dilakukan secara informal, menjalin hubungan dengan pihak luar, kepercayaan diwujudkan gotong royong antar petani dalam hal kegiatan bercocok tanam.

Modal sosial tersebut memiliki kaitan dengan pengembangan kelembagaan di Puskesmas Karangsari pada Kebijakan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Banyuwangi (JPKMB) yang meliputi aspek-aspek kepemimpinan, doktrin, program, sumber daya, dan struktur organisasi internal. Modal sosial dalam bentuk nilai (norm) yaitu gotong-royong dan kebersamaan mengatasi masalah, memunculkan ide yang berkembang kemudian membentuk dan mempengaruhi pengembangan kelembagaan di Puskesmas Karangsari. Nilai ini berkaitan dengan visi, misi, dan tujuan Puskesmas Karangsari untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat.

Contoh Tesis 6 : Modal Sosial Masyarakat dalam Peningkatan Pembangunan Pariwisata
Modal sosial adalah nilai yang terkandung dalam diri masyarakat yang merupakan kerjasama antara masyarakat tersebut. Modal sosial terbentuk karena adanya interaksi antar masyarakat. Modal sosial juga diturunkan oleh para leluhur terdahulu yang dilestarikan hingga sekarang. Dengan adanya modal sosial dapat mendorong masyarakat memunculkan kepercayaan mereka. Kepercayaan ini kemudian dapat dijadikan sebagai suatu event wisata masyarakat yang kemudian akan berkembang dan membantu meningkatkan pengembangan pariwisata.

Berlatar belakangkan hal tersebut, maka penulis tetarik melakukan penelitian ini, dengan tujuan mendeskripsikan modal sosial yang berkembang tersebut yang kemudian diangkat sebagai upaya pembangunan pariwisata. Selain itu penulis juga ingin melihat bagaimana modal sosial itu dikembangkan sehingga pada zaman modern sekarang ini pun nilai tersebut masih berkembang dimasyarakat. Sedangkan fokus penelitian ini adalah nilai yang berkembang dimasyarakat Desa Mepar Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga.

Dalam penelitian ini penulis berhasil menemukan nilai yang dianut masyarakat Desa Mepar tersebut masih berkembang hingga sekarang. Nilai informal ini merupakan suatu upaya mendorong terbentuknya event wisata seperti mandi safar, haul jama’ dan malam tujuh liko di desa tersebut. Nilai yang mendorong event wisata seperti diatas dikenal masyarakat dengan tolak bale yang artinya menolak dari naas atau bahaya dan juga mengundang nasib mujur atau dikenal masyarakat setempat dengan kata mojo. Modal sosial ini kemudian berkembang hingga sekarang karena keberhasilan masyarakat dalam melestarikannya. Memang seharusnya modal sosial ini dilestarikan, agar dapat berkembang dan meningkatkan pembangunan pariwisata di desa tersebut.

Contoh Tesis 7 : Analisis Pengaruh Keberadaan Modal Sosial Bank Syari’ah terhadap Persepsi Masyarakat di Kota Payakumbuh
Persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongandorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengentahui, melaluai panca indra tanggapan (indera) dan daya memahami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh keberadaan modal sosial (kepercayaan, norma sosial,partisipasi, kelembagaan) bank syariah terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh. Penelitian ini menggunakan data primer dan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi logistik dan uji wald (uji signifikan tiap-tiap parameter). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan modal sosial kepercayaan, norma sosial, partisipasi tidak berpengaruh terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh dan kelembagaan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat di kota payakumbuh.

Contoh Tesis 8 : Hubungan Modal Sosial terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan modal sosial terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Unsur-unsur modal sosial meliputi kepercayaan, norma, dan jaringan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian quantitative dengan metode pengumpulan data memakai survei. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh yang berarti semua anggota populasi dijadikan sampel, sehingga diperoleh sampel sebanyak 46 orang yang merupakan seluruh jumlah pegawai di Kantor Kecamatan Tamalanrea. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik explanation dan uji korelasi product moment.

Hasil penelitian yang diperoleh yakni terdapat suatu hubungan yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja pegawai dengan nilai .sig = 0,045 0,05.

Contoh Tesis 9 : Peran Modal Sosial dalam Penanaman Nilai Solidaritas di Pesantren Fathul Hidayah Desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yakni Modal sosial apakah yang ada di Pesantren Fathul Hidayah, Bagaimana peran dan bentuk modal sosial dalam mengkontruksi nilai solidaritas di Pesantren Fathul Hidayah dan Bagaimana adaptasi kiai, santri dan masyarakat terhadap nilai solidaritas di Pesantren Fathul Hidayah.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisa Peran Modal Sosial Dalam Penaanaman Nilai Solidaritas Di Pesantren Fathul Hidayah Desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ialah teori Modal Sosial Robert David Putnam dengan kacamata bantu teori Modal Piere Bourdieu.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa : 1. Modal sosial di Pesantren Fathul Hidayah meliputi jaringan sosial, norma serta kepercayaan. Upaya yang merefleksikan jaringan sosial di Pesantren Fathul Hidayah meliputi: pertama hubungan timbal balik pesantren dengan Kementrian Perumahan Rakyat terwujud dalam program rusun santri serta renovasi jalur akses desa yang dilalui kendaraan kontruksi, kedua adaptasi sistem pendidikan dan tenaga pendidik dari pesantren lain, selanjutnya alumni menjadi kepanjangan tangan penilaian publik terhadap pesantren, terakhir pesantren menjadi aktualisasi pelayanan sosial keagamaan yang mewadahi keluarga kiai. Norma dan nilai keIslaman menjadi pedoman hidup dalam menjalin ukhuwah beragama dan ukhuwah bersosial yang diajarkan melalui proses Pendidikan, kepercayaan warga kepada pesantren didapat melalui berbagai pelayanan keagamaan dari kiai pada warga desa dan kegiatan lain yang menimbulkan timbal-balik. 2. Peran modal sosial dalam penanaman nilai solidaritas di Pesantren Fathul Hidayah dijabarkan melalui pengajaran terhadap norma agama yang terbingkai melalui kitab kuning, hasil pengajaran dikonversikan dalam bahasa budaya melalui pertunjukan imriti yang ditampilkan kepada wali santri serta warga desa. Solidaritas dibangun pada santri dan santriwati melalui nilai tanggung jawab dan upaya melestarikan tradisi melalui organisasi badan otonom Nahdlatul Ulama IPNU-IPPNU, Pagar Nusa serta Organisasi lokal kepesantrenan OSPPFH. Nilai kepesantrenan menjadi kritik untuk terjadinya pergerakan budaya dari budaya nydran di Makakam desa menjadi haul/doa bersama di Masjid desa. 3 . Adaptasi terhadap modal sosial di Pesantren Fathul Hidayah pada santri terjadi pendisiplinan terhadap praktik ibadah yang didasari oleh budaya pesantren, dari peraturan yang membatasi ruang gerak santri melahirkan pemberdayaan ekonomi dalam bentuk koperasi. etika bertetangga menjadi dasar kontrol sosial terhadap perilaku santri yang dilakukan oleh warga desa.

Contoh Tesis 10 : Peran Modal Sosial Pada Masyarakat Industri RumahanKerajinan Bandol di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal
Industri rumahan merupakan salah satu industri yang paling berkembang di pedesaan sebagai mata pencaharian utama, salah satunya adalah industri rumahan kerajinan bandol. Modal sosial atau social capital memiliki peranan terhadap kelangsungan industri, khususnya industri rumahan. Adanya peranan modal sosial berupa kepercayaan, norma, dan jaringan dalam pengembangan industri rumahan berpotensi menjadi strategi dalam menjalankan serta mempertahankan usaha. Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui bentuk modal sosial yang dimiliki para pelaku industri rumahan kerajinan bandol di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhearu, Kabupaten Tegal. (2) Untuk mengetahui peran modal sosial pada masyarakat Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal dalam menjalankan usaha industri rumahan kerajinan bandol.. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian adalah Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, dengan subjek penelitian yaitu warga Desa Kabunan yang berhubungan langsung dengan industri rumahan kerajinan bandol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan simpulan atau verifikasi. Teori yang digunakan untuk mengkaji penelitian adalah Teori Modal Sosial Robert Putnam.

Hasil penelitian:

(1) Modal sosial yang ada pada masyarakat industri rumahan kerajinan bandol di Desa Kabunan, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal yaitu keprcayaan, jaringan, dan norma.

(2) Modal sosial dalam industri rumahan kerajinan bandol terdapat pada aktivitas selama perekrutan tenaga kerja, proses produksi, mendapatkan bahan baku, distribusi, serta penentuan harga.

(3) Kepercayaan, norma, dan jaringan terjalin dalam proses interaksi antar pelaku industri seperti hubungan antara pengrajin dengan pekarja, pedagang, tengkulak.

Saran yang diajukan dalam penelitian:

(1) Bagi pelaku usaha (pengrajin, buruh, pedagang, dan tengkulak) perlu menjaga modal sosial (kepercayaan, norma, dan jaringan) yang sudah ada dalam perkembangan usaha serta demi menjaga eksistensi industri rumahan kerajinan bandol di Desa Kabunan.

(2) Bagi pemerintah daerah perlu memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan industri rumahan kerajinan bandol di Desa Kabunan.