LOGIKA BAHASA HIPOTESIS TERPERCAYA

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya. Biasanya, dalam sebuah penelitian kita merumuskan suatu hipotesis terhadap masalah yang akan diteliti. Jadi, pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan melalui hipotesis baru didasarkan teori, dan belum menggunakan fakta. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam persoalaan.Pengertian lain mengatakan bahwa hipotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang disimpulkan dari kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan ekspresi cara bekerjanya pikiran yang dikembangkan dari kerangka teori dengan mendeskripsikan variabel dan hubungan variabel secara rasional. Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli 1. Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137) Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. 2. Menurut Mundilarso (tanpa tahun dan halaman) Mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah tingkat kebenarannya sehingga masih harus diuji menggunakan teknik tertentu. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori, dugaan, pengalaman pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara. Hipotesis adalah pernyataan keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya menggunakan data/informasi yang dikumpulkan melalui sampel. 3. Menurut Kerlinger (1973) Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. Pendapat lain mengatakan hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai satu atau lebih populasi yang belum tentu benar atau salah dan perlu diuji kebenarannya. Ada sebuah pertanyaan tentang apakah tamatan SMU yang memiliki nilai UN tinggi akan mampu menyelesaikan studi perguruan tinggi dalam waktu yang relatif lebih cepat? Pertanyaan ini dapat kita ubah menjadi pernyataan sebagai berikut: ada hubungan positif antara nilai UN SMA dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Kalimat yang terakhir ini adalah bentuk suatu rumusan hipotesis yang menghubungkan dua variabel, yaitu nilai UN dan prestasi belajar. Dengan demikian, hipotesis ini memberikan arah pada penelitian yang harus dilakukan. 1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. 2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. 3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian. 4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan. C.MENGGALI DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS Dalam menggali hipotesis, peneliti harus : 1) Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 2) Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki. 3) Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan. Good dan scates memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis : 1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu. 2. Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan. 3. Imajinasi dan angan-angan. 4. Materi bacaan dan literatur. 5. Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki. Sebagai kesimpulan, maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut : 1) Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik. Keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki. 2) Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif dan berbentuk pernyataan. Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut. 3) Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat diukur. Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain. Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris. 5) Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan. Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat. Oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya. Merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah, disebabkan karena: – Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada ilmu pengetahuan tentang masalah yang akan dibahas. – Kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang ada. – Gagal mengetahui teknik-teknik penelitian yang ada. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat dilakukan antara lain dengan: 1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh. 2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli. 3. Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol berpikir sebagai generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel. Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan hipotesis. Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta yang ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran yang logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Biasanya hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel penyebapnya atau variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau variabel terpengaruh. Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di dalam contoh ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya), sedangkan kanker paru-paru merupaksn variabel dependen atau akibatnya. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus mempunyai landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. D. CIRI-CIRI HIPOTESIS YANG BAIK 1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas. Keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki. 2) Hipotesis harus menduga hubungan diantara beberapa variable. Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain. 3) Hipotesis harus dapat diuji Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris. 4) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya. 5) Hipotesis dinyatakan secara sederhana Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut. Menurut bentuknya hipotesis dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Hipotesis penelitian / kerja Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Hipotesis kerja adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya. Contoh: Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah tersebut tinggi. Hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif, artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada, untuk itu peneliti memerlukan hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya. Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif). Hipotesis statistika secara umum, menurut (Balian,1982: 31) dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: Hipotesis nihil bukanlah merupakan pernyataan apa yang peneliti pikirkan. Hipotesis ini merupakan hipotesis dasar penelitian kuantitatif yang pada intinya adalah merupakan pernyataan teoretis yang perlu diuji. Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. Hipotesis ini juga dapat dikatakan sebagai hipotesis deduktif karena diperoleh setelah peneliti mempelajari dari bermacam-macam sumber yang kemudian disusun dalam bentuk landasan teori. Karena diturunkan dari sumber pustaka maka kebenarannya perlu diuji dengan menggunakan data yang dieksplorasi atau diambil dari lapangan. Secara simbolis, hipotesis nihil dinyatakan dengan Ho. Hipotesis yang kedua adalah hipotesis riset. Hipotesis ini sering muncul dan digunakan oleh para peneliti untuk mendampingi hipotesis nihil. Hipotesis riset merupakan penggambaran terhadap ide yang ada dalam pikiran si peneliti yang dikembangkan dari hasil kajian teoretis. Hipotesis ini tidak diuji, mereka ditampilkan sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama. Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari kajian teoretis, jika hipotesis pertama atau hipotesis nihil gagal, maka hipotesis riset akan tidak ditolak. Sebagai contoh, jika dalam suatu analisis ternyata Ho ditolak pada tingkat signifikan tertentu (5 atau 1 persen misalnya), maka hipotesis riset secara otomatis akan diterima. Kemungkinan kedua adalah jika hipotesis nihil diterima, maka secara otomatis hipotesis pendamping atau hipotesis riset ditolak. Secara simbolis hipotesis riset dinyatakan dengan simbol huruf besar H dengan indeks r atau Hr atau H1. Yang diuji dalam analisis data adalah hipotesis nihil, yaitu jawaban sementara yang disimpulkan dari hasil kajian pustaka atau setelah peneliti menyusun landasan teori. Dilihat dari bentuknya, hipotesis alternatif diposisikan sebagai bentuk batasan ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari hasil kajian teoretis. Mereka dapat digunakan untuk menempatkan bentuk pernyataan lain selain hipotesis nihil. Secara simbolis hipotesis alternatif sering dinyatakan dengan Ha. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. d. Hipotesis Penyearah (Directional Hypotesis) Hipotesis penelitian pada prinsipnya dapat berbentuk hipotesis yang menunjukkan arah yang pasti dan arah yang belum pasti atau masih dua arah. Dalam statistika, hipotesis dengan arah yang pasti berarti, peneliti ketika melakukan testing hipotesis akan menggunakan analisis satu ekor di mana tingkat kesalahan yang besarnya = 0,01 atau = 0,05 mengumpul pada satu sisi kurva. Sedangkan untuk hipotesis yang belum menunjukkan arah, maka peneliti dalam melakukan testing biasanya akan menggunakan analisis dua ekor. Arah atau bentuk uji hipotesis Bentuk hipotesis alternative akan menentukan arah uji statistic apakah satu arah ( one tail ) atau dua arah ( two tail ). Adalah bila hipotesis alternativena menyatakan adanya perbedaan dan ada pernyataan yang mengatakan yang satu lebih tinggi atau rendah dari pada yang lain. Merupakan hipotesis alternative yang hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat apakah hal yang satu lebih tinggi atau rendah dari hal yang lain. F. PENGUJIAN DAN PENOLAKAN HIPOTESIS Pengujan hipotesis adalah penolakan terhadap hipotesis nol, dan penerimaan terhadap hipotesis alternatif dengan mengumpulkan fakta atau data yang relevan. Untuk menguji suatu hipotesis, peneliti harus : 1. Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar. 2. Memilih metode-metode penelitian yang mungkin pengamatan, eksperimental, atau prosedur lain yang diperlakukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak. 3. Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak. Penolakan terhadap hipotesis penelitian atau penerimaan terhadap hipotesis nol mencerminkan adanya kekeliruan dalam proses pengujian atau adanya kekeliruan dalam merumuskan hipotesis penelitian.