LANDASAN TEORI AKTIVITAS BELAJAR

Landasan Teori Aktivitas Belajar adalah sebagai berikut:

* Pengertian Aktivitas Belajar

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu siswa dan guru. Siswa dalam kegiatan belajar berperan aktif sebagai pelaku proses belajar dan mengambil ilmu yang diberikan oleh guru. Sebaliknya guru berperan sebagai faktor pembantu serta mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran untuk melakukan kegiatan di dalam kelas baik fisik maupun non fisik. Guru sebagai pengarah siswa hendaknya mampu merencanakan pembelajaran yang akan melibatkan berbagai aktivitas siswa di dalam kelas. Dengan adanya kedua peran yang saling berkaitan antara siswa dan guru tersebut, proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik.

baca juga: Evaluasi Pembelajaran

Menurut Evelin Siregar dan Hartini Nara (2010: 4) belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: (1) bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3) adanya penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan (6). Adanya perubahan sebagai pribadi.

Menurut Baharuddin (2007:12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Slavin (dalam Baharuddin, 2007:116) menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Sardiman (2012:97) mengungkapkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan aktivitas. Tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Landasan Teori Aktivitas Belajar

baca juga: Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan beberapa pandangan yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pengetahuan/kemampuan baru yang dapat membawa perubahan baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

* Jenis – jenis Aktivitas Belajar

Menurut Paul B. Diedrich (dalam Oemar Hamalik, 2011: 172), jenis- jenis aktivitas siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pemeran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukaan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar seperti membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan faktor-faktor, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Beberapa jenis aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2011: 38) yaitu:

1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
4. Menulis
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper atau kertas kerja
9. Mengingat
10. Berpikir
11. Latihan atau praktik

Menurut Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapainya.

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis aktivitas belajar cukup komleks dan bervariasi yang melibatkan aktivitas fisik dan aktivitas mental. Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang digunakan adalah jenis aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Landasan Teori Aktivitas Belajar

* Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku, berhasil atau tidaknya belajar dipengaruhi beberapa faktor. Ngalim Purwanto (2014: 102) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 2 macam, yaitu:

1. Faktor yang ada dalam diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual yang meliputi faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor ini antara lain faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkngan dan kesempatan yang tersedia dalam motivasi sosial.

Ngalim Purwanto (2014: 104) mengatakan bahwa faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang terpenting, karena sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada siswa serta kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat yang disediakan di sekolah, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai siswa. cara mengajar dan alat-alat pembelajaran dapat dituangkan dalam model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Landasan Teori Aktivitas Belajar

Menurut Wina Sanjaya (2013: ) terdapat 3 faktor yang memengaruhi aktivitas belajar siswa, yaitu:

Ada beberapa hal yang memengaruhi Aktivitas Belajar Akuntansi dipandang dari sudut guru, yaitu kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan guru, dan pengalaman mengajar.

a. Kemampuan guru

Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa. Kemampuan dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar dan keterampilan mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang dianggap mutakhir. Landasan Teori Aktivitas Belajar

Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seperti keterampilan bertanya, keterampilan variasi stumulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) dan lain sebagainya.

Sedangkan, keterampilan mengembangkan model pembelajaran contohnya mengembangkan model inkuiri, discovery, model keterampilan proses, model pembelajaran, metode klinis, advance organizer, dan lain sebagainya.

b. Sikap Profesionalitas Guru

Guru yang profesional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karenanya ia akan selalu belajar untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, misalnya dengan melacak berbagai sumber belajar melalui kegiatan membaca.

c. Latar Belakang Pendidikan Guru dan Pengalaman Mengajar

Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman tentang psikologi anak, pemahaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar siswa, pemahaman tentang berbagai model, dan metode pembelajaran. Guru yang telah memiliki jam terbang mengajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

a. Ruang Kelas

Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akan memengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Demikian juga dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata dengan rapi, tanpa ada gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai, dan sebagainya akan membuat siswa cepat lelah dan tidak bergairah dalam belajar. Yang juga harus diperhatikan dalam penataan ruang kelas adalah desain tempat duduk siswa.

b. Media dan sumber belajar

Siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain; atau dari media elektronik seperti radio, televisi, film slide, video, komputer, atau mungkin dari internet. Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran yang berfokus pada aktivitas akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.

Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil yang tersedia, serta di mana lokasi sekolah itu berada. Yang termasuk ke dalam lingkungan fisik ini juga adalah keadaan dan jumlah guru. Keadaan guru misalnya adalah kesesuaian bidang studi yang melatar belakangi pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diberikannya. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru dengan kepala sekolah, termasuk keharmonisan antara pihak sekolah dengan orang tua.

Berdasarkan beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar dipengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri dan juga faktor luar. Salah satu faktor luar yang dikemukakan di atas adalah faktor dari model pembalajaran Snowball Throwing yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

* Manfaat Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa dalam proses belajar sangat penting, karena pembelajaran tanpa adanya aktivitas dari siswa tidak mungkin berjalan dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa manfaat aktivitas belajar adalah komponen penting untuk mendukung proses pembelajaran yang baik sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Menurut Oemar hamalik, (2011: 91) tentang manfaat aktivitas dalam proses pembelajaran:

1. Siswa mencari dan mengalami pengalaman sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3. Memupuk kerjasama dan harmonisasi di kalangan para siswa yang pada gilirannya akan memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis.
6. Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana baiknya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Manfaat dari aktivitas belajar juga dikemukakan oleh Martinis Yamin (2007: 77) bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Guru seharusnya memahami pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran.sehingga dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif. Guru harus bisa menanamkan kesadaran pada diri siswa akan pentingnya aktivitas, sehingga aktivitas belajar akan timbul dari kesadaran siswa pribadi. Ketika budaya untuk aktif saat pembelajaran sudah tertanam, maka potensi yang dimiliki siswa akan berkembang dan tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.

Manfaat aktivitas belajar dalam pembelajaran ekonomi sendiri adalah mendukung jalannya pembelajaran yang baik agar tujuan pembelajaran ekonomi dapat tercapai. Banyak manfaat yang diperoleh dari aktivitas belajar yang tinggi. Manfaat aktivitas dalam pembelajaran yaitu:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari verbalitas.
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. (Oemar Hamalik, 2013: )

Referensi:

Abdurrahman dan Bintoro. (2000). Memahami dan Menangani Siswa Dengan Problema Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Asep Jihan dan Abdul haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Press.

Baharuddin. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Dimyanti dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmad Susanto, M.Pd. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.

Evelin Siregar dan Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Furqon Hidayatullah. (2009). Pengembangan Profesional Guru (PPG). Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Kokom Komalasari. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Putra Grafika.

Muhibbin Syah. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (2014). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdikarya

Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

Saur Tampubolon. (2013). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sistem Pengembangan Profesi Pendidik Dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Slavin Robert E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Terjemahan). Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Reseach Jilid 3. Yogyakarta : Andi

Syaiful Bahri Djamarah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta.

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, & Sri Harmianto. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Wina Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.