Indeks Kualitas TV 2022 Kolaborasi KPI Dan Kampus Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Siaran TV

Nusa Dua — Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan 12 Perguruan Tinggi melakukan Diskusi Kelompok Terpumpun atau FGD untuk menetapkan hasil Indeks Kualitas Program Siaran TV tahun 2022. Kegiatan FGD indeks kualitas siaran tahun ini dilaksanakan dengan mengumpulkan seluruh informan ahli dari 12 Perguruan Tinggi membahas dan memberi penilaian pada program siaran TV yang dibagi menjadi 8 kategori program acara.

Adapun ke 8 kategori program acara TV tersebut antara lain Kategori Program Wisata dan Budaya, Kategori Program Religi, Kategori Program Berita, Kategori Program Talkshow, Kategori Program Anak, Kategori Program Infotainmen, Kategori Program Sinetron, dan Kategori Program Variety Show. Hasil penilaian para informan ahli ini akan diharapkan menjadi acuan lembaga penyiaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program acara sekaligus menjadi data informasi bagi khalayak yang membutuhkan khususnya kalangan akademisi dan stakeholder terkait lainnya.

Ketua KPI Pusat, Agung Suprio, saat membuka FGD Indeks Kualitas Program TV untuk Kategori Talkshow menyampaikan harapan kepada para informan ahli memberi kontribusi dan sumbangsihnya untuk perbaikan dan peningkatan kualitas seluruh program acara TV, khususnya untuk kategori Program Acara Talkshow di TV.

“Di data KPI, sanksi untuk program talkshow masuk dalam 4 besar. Meskipun jika dilihat dari tahun 2020, terus mengalami penurunan sanksi. Ada perbaikan,” tutur Agung Suprio dalam FGD Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2022 Kategori Talkshow, di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (12/05/2022).

Pria yang akrab disapa Agung ini, juga meminta agar masukan dan gagasan dalam FGD ini bisa mendorong perbaikan konten sehingga dapat bersaing dengan acara serupa yang ada di media baru. “Di media baru, banyak acara serupa talkshow. Ini menjadi tantangan untuk kita semua agar menjadikan talkshow di layar televisi bisa lebih menarik, penuh inovasi dan kreatif,” lanjutnya.

Agung menilai, bahwa konten yang menarik, penuh inovasi dan kreatif bisa mendorong talkshow di televisi dapat bersaing sehingga akan kian diminati publik. “Kita semua menginginkan talkshow televisi kian diminati publik. Sehingga dapat bersaing dengan acara serupa di media baru,” tuturnya.

Komisioner KPI Pusat, Mimah Susanti, di sela-sela FGD untuk kategori Program Acara Anak berharap, program acara anak di TV makin banyak dan makin berkualitas. Dia menyampaikan pada indeks kualitas tahun lalu, program ini mendapatkan nilai yang baik di atas standar kualitas yang ditetapkan yakni 3.0.

Mimah juga menekankan agar kualitas tayangan anak diikuti dengan semakin ramahnya tayangan lain yang bukan diperuntukan untuk anak. Hal ini agar anak mendapatkan rasa nyaman dan aman dari tayangan yang memang bukan untuk mereka. “Saya berharap secara keseluruhan program tayangan di televisi dan juga radio dapat ramah terhadap anak-anak,” pinta Komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran ini.

Sementara di forum FGD kategori Wisata dan Budaya, Komisioner KPI Pusat, Mohamad Reza, mengatakan kategori program ini tidak pernah bermasalah sejak riset ini dilakukan KPI pada 2017 lalu. Menurutnya, konten untuk program ini melimpah yang semestinya menjadi referensi dan terus dikembangkan.

Dalam forum bahasan untuk kategori sinetron, Komisioner KPI Pusat, Nuning Rodiyah, menyampaikan harapan besar agar indeks KPI yang ke 8 ini membawa kontribusi yang lebih signifikan bagi industri penyiaran televisi. “Saya sampaikan di forum ini, khususnya di kategori program sinetron. Data kepemirsaan menyebutkan setiap tahun tidak bergeser bahwa program sinetron ini, data penonton 36% dan paling tinggi dibandingkan data kepemirsaan di program lainnya. namun di 8 tahun juga program ini tidak pernah bergeser indeksnya ke nilai yang lebih berkualitas. Ini menjadi PR bagi KPI,” katanya.

Dia menjelaskan kenapa hal ini mesti jadi catatan tebal pihaknya karena memang yang banyak ditonton masyarakat adalah tayangan sinetron. Sementara yang hadir di layar kaca, kebanyakan bukan merupakan sinetron yang berkualitas. Semestinya, lanjut Nuning, perlu upaya keras untuk mengubah cara tonton masyarakat untuk beralih menonton tayangan sinetron yang baik dan berkualitas.

“Intervensi terhadap penonton perlu dilakukan karena kalau tidak penonton kita ya akan tetap menonton sinetron yang kurang baik. Makanya kalau kita mau menggeser selera mereka, boleh tetap nonton sinetron tapi sinetron yang berkualitas. Indeks sinetron yang berkualitas bagus bukan berasal dari indeks kualitas dan jumlah penonton. Intervensi terhadap penonton dengan sinetron yang berkualitas,” tandasnya.

Adapun ke 12 Universitas yang turut dalam FGD indeks kualitas ini yakni Universitas Udayana, Universitas Diponegoro, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Sumatera Utara, Universitas Patimura, Universitas Hasanuddin, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta, Universitas Padjajaran, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Tanjungpura, Universitas Andalas (Unand) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). ***