Tata Cara Mandi Wajib Menurut Rasulullah

Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Kamis (30/9) mengadakan Kajian Fikih Perempuan bertema “Sudah Benarkah Mandi Wajib Kita”. Kajian yang dilakukan secara daring ini mengundang Rizqi Nurjannah selaku Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Angkatan 2012.

Rizqi Nurjannah menjelaskan, mandi wajib adalah membasahi seluruh badan menggunakan air dengan niat untuk mensucikan diri dari hadast besar. Menurutnya, sebab-sebab seseorang diharuskan untuk mandi wajib di antaranya adalah selesai bersenggama (baik keluar mani atau tidak), selesai haid atau nifas, orang yang baru masuk Islam (mualaf), dan setelah memandikan jenazah.

Tentang tata cara mandi wajib, Rizqi Nurjannah mengatakan, yang paling penting dilakukan adalah niat karena Allah, yakni dengan mengucap basmalah. Kemudian bedasarkan hadist ‘Aisyah ra. yang diriwayatkan oleh Buhkari dan Muslim, Rasulullah saw. memulainya dengan: pertama, mencuci kedua tangan; kedua, mencuci farji (kemaluan) dengan tangan kiri, kemudian menggosok tangan kiri dengan tanah atau saat ini dapat digantikan dengan sabun.

Ketiga, berwudhu, seperti halnya wudhu untuk salat; keempat, menyiramkan air ke kepala secara merata dengan tiga siraman sambil menguceknya sampai ke dasar kulit kepala; kelima, menyiramkan air ke seluruh tubuh sampai rata sebanyak tiga kali, dimulai dari bagian kanan kemudian kiri.

Baca Juga:Rasulullah Mengangkat Derajat Manusia

Selanjutnya, Rizqi Nurjannah menjelaskan, keutamaan mandi wajib bagi seorang muslim atau muslimah adalah, selain untuk mensucikan diri yang disebabkan karena hadast besar, juga menyegarkan kembali fisik dan rohani seseorang, juga dapat menumbuhkan semangat. Ia menambahkan, ketika sedang dalam keadaan junub dan tidak mendapatkan air untuk mandi, seseorang diperbolehkan bertayamum.

Mengenai seseorang yang hendak berpuasa tetapi masih dalam keadaan junub dan belum sempat untuk mandi wajib tetapi sudah masuk waktu subuh, ia mengatakan puasanya tetap sah, sebagaimana hadist dari ‘Aisyah ra. bahwasannya ada seorang lelaki datang meminta fatwa kepada Nabi saw, sementara ‘Aisyah ra. waktu itu mendengar dari balik pintu. Lelaki itu bertanya, “wahai Rasulullah, waktu salat (subuh) telah tiba sedangkan aku dalam keadaan junub, apakah aku harus berpuasa?” Rasulullah saw. menjawab, “aku pun pernah mendapati waktu subuh dalam keadaan junub, lalu aku berpuasa”.

Lelaki itu berkata, “engkau tidaklah sebagaimana kami wahai Rasulullah. Allah datang mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang”. Maka beliau bersabda, “Demi Allah, aku berharap bahwa akulah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling tahu bagaimana cara bertakwa” (H.R. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).

Di akhir pemaparan materinya, Rizqi Nurjannah menyampaikan, tata cara mandi wajib sangat penting diketahui bagi seorang muslim dan muslimah. “Kita sebagai seorang muslim dan muslimah dituntut untuk dapat menjaga kebersihan dan kesucian, apalagi ketika kita berhadapan dengan Allah swt. untuk melaksanakan ibadah, sehingga kita harus memahami betul sebab-sebab yang membuat diri menjadi kotor, dan cara untuk mensucikannya,” terangnya. (rizka)