Pempek Lohan Yang Bukan Dari Ikan Lohan

UMKM Bercerita

Saya Muchtar Susilo A, kerap disapa Muchtar atau Jarwo. Saya berdomisili di Jalan Poncol Bawah RT 004 RW 006 No 3 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Lokasinya di samping perumahan Bella Casa.

Awalnya, saya seorang karyawan yang bekerja di sektor pembiayaan atau leasing. Namun kondisi pandemi 2020 lalu, membuat saya terpaksa banting setir dan memutuskan fokus berwirausaha.

Sebelumnya saya sangat awam mengenai dunia kuliner, hanyanya tahu berjualan saja. Sejak kecil, dari bangku SD, saya sudah dibiasakan berdagang keliling oleh orang tua. Saat itu, jualan saya adalah gorengan dan es mambo. Saya menjajakannya dari rumah satu ke rumah.

Pandemi memang mengubah segalanya. Pandemi membuat saya berpikir dan mengajarkan saya hal-hal baru. Sehingga akhirnya tercetuslah usaha kuliner Pempek Lohan yang merupakan rebrand dari nama terdahulunya Dapur Lohan. Perubahan itu karena saat bergabung di Go-Food, disarankan agar menggunakan best selling product, yaitu pempek.

Kini, saya merintis usaha kuliner dengan nama Pempek Lohan. Awalnya, saya fokus di bidang kuliner dengan olahan ikan laut, yaitu pempek dan tekwan. Tapi saat ini sedang memproduksi olahan tepung tapioka lainnya yaitu cireng isi mercon. Aneka produk itu saya jual mulai dari harga Rp 3.000 an hingga Rp 15 ribu per itemnya.

Khusus di pempek, saya memilih langsung membeli ikan tenggiri segar di pasar tradisional. Selanjutnya, daging ikan tenggiri dikerok secara manual atau istilah lainnya fillet. Tulang dan duri ikan dibuang, sehingga hanya dagingnya saja yang diambil dan kulit ikannya dipisahkan. Kemudian fillet ikan dicampur dengan tepung tapioka dan bahan-bahan pilihan lainnya.

Pempek yang sudah jadi, pengemasannya saya bagi dua jenis. Ada yang untuk jualan di rumah dan juga di lapak gerobak secara offline. Lalu ada juga yang dikemas untuk dijual ke customer secara online atau pun //reseller. Untuk ke customer kemasannya dlakukan dengan cara divacum.

Pempek Lohan kami berbahan baku asli ikan tenggiri, jadi bukan ikan lohan. Kadang ada yang bertanya apakah saya menggunakan ikan lohan.

Sebetulnya asal mula nama Lohan itu, saya ambil dari anak-anak kami yaitu Lona-Jihan. Karena kami berharap usaha ini bisa berlanjut terus dan dilanjutkan oleh anak-anak kami dikemudian hari.

Saya memulai usaha Pempek Lohan dengan modal awal sebesar Rp 300 ribu. Uang itu adalah sisa uang belanja yang digunakan istri saya untuk membeli ikan tenggiri seberat 2,5 kg. Saat itu, istri saya iseng-iseng membuat pempek bermodalkan resep khusus pempek. Resep itu didapatnya dari bibinya yang tinggal di daerah Kepulauan Bangka, Sumatra.

Customer awalnya, waktu itu memesan pekpek seharga Rp 250 ribu. Beberapa hari kemudian belanja lagi sebesar Rp 750 ribu. Dan sebulan kemudian belanja lagi sebesar Rp 1,6 juta.

Suatu ketika, saya coba bertanya ke pelangggan yang membeli pempek dalam jumlah lumayan itu, apakah pempeknya untuk dijual lagi. Ternyata, pempeknya tidak untuk dijual melainkan untuk dibagikan ke saudara-saudaranya.

Customer itu bercerita jika pempek lohan yang kami buat enak sekali dan mirip dengan pempek yang ada di Palembang. Berbekal testimoni itulah istri saya makin yakin, pempek buatanya enak dan banyak yang suka.

Istri saya kemudian suka mengunggah di status media sosialnya dan mulailah para pembeli berdatangan. Selain itu juga, customer kami banyak yang mengetahui dari mulut ke mulut.

Setelah produk pempek kami berjalan, kami juga mencoba memproduksi dan mengembangkan produk lainnya yaitu cireng isi mercon. Diawali dengan varian cireng isi ayam pedas, dan kini sudah berkembang menjadi empat tambahan varian lagi, yakni cireng isi ayam original, cireng isi sosis pedas, cireng isi bakso pedas dan cireng isi keju.

Perlahan tapi pasti, pemesanan datang tidak hanya datang dari wilayah Kota Depok. Namun sudah mulai antarkota, antarprovinsi, antarpulau dan bahkan sudah sampai ke luar negeri yaitu ke Singapura.

Dan dari situ, saya melihat peluang usaha ini bisa dijalankan di rumah tanpa harus pergi ke luar rumah. Akhirnya saya memantapkan diri untuk resign dari pekerjaan lama saya yang sudah 15 tahun saya jalani.

Perjalanan wirausaha kuliner saya boleh dibilang modal nekat dan hanya rajin eksperimen juga rajin mencari referensi. Kami kerap menawarkan produk secara door to door ke perusahaan-perusahaan atau dealer-dealer tempat teman-teman kami dulu bekerja. Juga ke sekolah-sekolah yang ada di sekitar tempat kami. Alhamdulillah hasilnya sudah mulai terlihat, satu persatu dan secara berkala mereka menghubungi kami untuk memesan produk.

Sampai saat ini, kami masih terus mengembangkan jaringan dan terus mengembangkan sayap wirausaha. Lalu, saat mendapat informasi adanya program Wirausaha Baru Depok 2022, saya pun memutuskan untuk ikut serta.

Saya mendapatkan banyak manfaat. Mulai dari pelatihan, pendampingan dan lainnya. Semoga program yang digagas Pemerintah Kota Depok ini dapat memberi dampak positif bagi perkembangan usaha saya kelak.

Saya pun teringat kata-kata motivasi dari bapak Wakil Wali kota Depok Imam Budi Hartono, saat menyampaikan pesannya di acara Pembukaan Wira Usaha Baru Kota Depok. Beliau menyampaikan, habiskan masa gagalmu di usia muda, terus optimististis pantang menyerah. Jadilah pahlawan bagi keluarga dan masyarakat sekitarmu.

Kami optimistis, dapat terus berkompetisi sekaligus berkolaborasi dengan pengusaha kuliner lainnya. Saya berharap bisa terus berinovasi dengan mengikuti perkembangan zaman sehingga produk Pempek Lohan bukan hanya berkembang di lokal saja, namun sudah bertaraf nasional hingga internasional. Kini, sambil berjualan offline, Pempek Lohan juga menjalanakan promo-promo di sosial media seperti Gofood, Grabfood, dan Shoppeefood. (*1)